Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara tidak hanya
populer sebagai daerah penghasil aspal di dunia, tetapi juga daerah tujuan
wisata yang menawarkan penjelajahan hutan yang luar biasa. Betapa tidak, hutan
alam yang bernama Lambusango mengundang decak kagum siapapun yang
menjelajahinya, melakukan pengamatan burung dan satwa liar yang beraneka ragam.
Hutan yang membentang dan meliputi beberapa kecamatan di Kab. Buton ini mempunyai banyak hewan endemik dan langka. Hutan ini telah lama di kenal dunia, di mana satwa-satwa khas Sulawesi seperti Burung Julang Sulawesi mudah dilihat dan diamati di sini. Tak heran, bila begitu banyak wisatawan mancanegara berbondong-bondong untuk melihat lebih dekat keindahan dan keragaman hayati Hutan Lambusango, bahkan mengadakan penelitian ilmiah di hutan yang memiliki luas +65.000 ha ini. Hutan ini menjadi subjek monitoring keragaman hayati jangka panjang yang difasilitasi oleh organisasi ekspedisi ilmiah (ekowisata) dari Inggris, Operation Wallacea Ltd.
Hutan yang membentang dan meliputi beberapa kecamatan di Kab. Buton ini mempunyai banyak hewan endemik dan langka. Hutan ini telah lama di kenal dunia, di mana satwa-satwa khas Sulawesi seperti Burung Julang Sulawesi mudah dilihat dan diamati di sini. Tak heran, bila begitu banyak wisatawan mancanegara berbondong-bondong untuk melihat lebih dekat keindahan dan keragaman hayati Hutan Lambusango, bahkan mengadakan penelitian ilmiah di hutan yang memiliki luas +65.000 ha ini. Hutan ini menjadi subjek monitoring keragaman hayati jangka panjang yang difasilitasi oleh organisasi ekspedisi ilmiah (ekowisata) dari Inggris, Operation Wallacea Ltd.
Letak hutan lambusango
Hutan Lambusango terletak di
Kecamatan Kapontori, Lasalimu, dan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Provinsi
Sulawesi Tenggara, dan merupakan salah satu hutan lindung yang terdapat di
Sulawesi Tenggara dengan luas 65.000 ha.
Hutan Lambusango adalah benteng terakhir keragaman hayati Bioregion Wallacea. Wallacea adalah wilayah unik di dunia, tempat bercampurnya tumbuhan dan binatang dari Asia dan Australia. Di hutan ini kita bisa melihat bagaimana monyet Asia seperti Andoke (Macaca ochreata brunescens) berbagi hunian hutan dengan kuskus (Ailurops ursinus), mamalia berkantong yang biasa ditemukan di Australia. Hutan Lambusango memiliki 21 satwa bertulang belakang (ikan, katak, mamalia kecil, kelelawar, bahkan primata) yang hanya ada di Pulau Buton saja. Pengamatan burung rangkong, monyet, tarsius, bahkan anoa lebih mudah ditemukan di Kab. Buton daripada wilayah lain di Bioregion Wallacea. Tercatat ada sekitar 120 spesies burung ditemukan di hutan ini, 36 jenis di antaranya adalah endemik Sulawesi. Hutan yang masih utuh ini terletak di jantung Pulau Buton, di mana seluruh daerah tangkapan air dari sungai-sungai yang mengalir ke selatan berada di hutan ini.
Data Dinas Kehutanan Kab. Buton Tahun 2013 menunjukkan, Hutan Lambusango (+65.000 ha) berdasarkan status kawasannya, terdiri dari kawasan konservasi seluas 28.510 ha yang dibagi menjadi dua, yaitu Cagar Alam Kakenauwe (+810 ha) dan Suaka Marga Satwa Lambusango (+27.700 ha), sedangkan +35.000 ha lagi merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi.
Hutan Lambusango memiliki keragaman hayati yang tinggi.
istilah keragaman hayati digunakan utuk menggambarkan keaneka
ragaman bentuk-bentuk kehidupan;peran ekologis yang ditampilkan, dan keanekaragaman
genetis yang dikandungnya.Keaneka ragaman hayati membentuk dasar bagi
kelangsungan semua kehidupan dibumi.Tumbuhan dan satwa yang berbeda menjalankan
fungsi-fungsi ekologis yang sangat menentukan bagi kehidupan kita.Tumbuhan
menyediakan makanan bagi kita, pepohonan menyediakan kayu untuk
bangunan,kemudian kulit kayu,daun,buah dan bunga dapat dimakan atau penting
sebagai sumber bahan obat-obatan.pohon yang tinggi memberikan naungan, makan
dan perlindungan bagi satwa,serta menopang rotan.
Singkatnya
keragaman hayati menyediakan tumbuhan dan satwa yang beragam,dimana darinyakita
dapat menuai berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung.Kondisi inilah
yang selama ini menjamin lingkungan kehidupan kita terasa tetap aman,nyaman dan
sejahtera.Sedangkan yang dimaksud dengan keragaman hayati endemik adalah
keragaman jenis tumbuhan dan satwa yang hanya dijumpai diwilayah tertentu
saja.Hutan Lambusango memiliki kekayaan satwa endemik Sulawesi,artinya sebagian
besar satwa endemik (yang hanya dijumpai) disulawesi dapat ditemukan di Hutan
Lambusango.
Hutan
Lambusango memiliki lima satwa kebanggaan (flagship species), yaitu anoa (Bubalus sp.),Kuskus (phalanger
ursinus), Julang Sulawesi (Burung Halo,Aceroscassidix),Andoke (Macaca ochreata
brunescens) dan Tangkasi (Tarsius sp.). Kelima satwa tersebut merupakan satwa endemik
Sulawesi yang dapat ditemukan di Hutan Lambusango.
anoa (Bubalus sp.)
Julang Sulawesi (Burung Halo,Aceroscassidix)
Kuskus (phalanger ursinus)
Tangkasi (Tarsius sp.)
Andoke (Macaca ochreata brunescens)
Endemisitas yang tinggi
ini telah terbukti mampu memacu rasa keingin tahuan para ahli konservasi
biologi, sehingga mereka tidak merasa rugi jauh-jauh, dan menghabiskan banyak
uang untuk berwisata ilmiah di Hutan Lambusango.bahkan tidak sedikit diantara mereka
yang telah datang berkali-kali,alasan utamanya karena Hutan Lambusango mamiliki
keunikan dan eksotisitas yang tinggi.
Itulah sebabnya, Hutan Lambusango merupakan aset Kabupaten
Buton yang tak ternilai harganya. Selain menjadi rumah bagi sejuta hidupan
liar, hutan lambusango merupakan paru-paru dunia yang akan menentukan masa
depan anak cucu kita kelak. Tidaklah mengherankan bila Lambusango bisa
dikatakan sebagai mutiara hijau dari timur. Mutiara hijau yang menjadi
kebanggaan masyarakat Buton. Mutiara hijau yang diyakini mampu menjadi magnet
wisatawan domestik bahkan mancanegara. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten
Buton di bawah kepemimpinan Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun dan Wakilnya,
La Bakry berkomitmen untuk terus menjaga kelestarian Hutan Lambusango.
Perlindungan keragaman hayati hutan alam dan laut di Kabupaten Buton dengan
mencegahnya dari kepunahan jenis dan penurunan keragaman hayati menjadi
prioritas tinggi demi kepentingan daerah, nasional, hingga internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar